REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tahun 2014 merupakan tahun politik.
Masyarakat Indonesia dihadapkan kepada dua agenda besar yaitu, pemilihan
calon anggota legislatif yang baru saja selesai dan pemilihan calon
presiden dan wakil presiden yang segera akan dilaksanakan.
Persoalan
politik coba dibahas oleh Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat KH Tengku
Zulkarnain dalam ceramahnya pada Pengajian Politik Islam (PPI) di
Masjid Al-azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad (11/5).
Zulkarnain mengatakan, umat Islam harus memiliki sikap politik yang berpihak kepada Islam. “Umat Islam harus bersatu,” ujarnya.
Ia
khawatir jika presiden mendatang tidak memihak kepada umat Islam.
Sebab, kata Zulkarnain, partai pemenang pada pemilu legislatif berasal
dari partai yang anti-Islam.
Di dalam politik Islam, lanjut
Zulkarnain, sistem bukan menjadi persoalan dalam proses politik. Namun,
politik Islam lebih melihat kepada sosok pemimpin. Menurutnya, figur
lebih berperan daripada sistem politik dalam suatu negara.
Ia
mencontohkan, pada masa Rasulullah, kemajuan umat Islam bukan disebabkan
oleh sistem yang dipakai. Namun, pemimpin Islam pada waktu itu memiliki
sifat kepemimpin yang sesuai dengan ajaran Islam. Misalnya, jujur,
Amanah, dan bertanggungjawab.
Zulkarnain menjelaskan, sejarah
politik Islam pernah menggunakan berbagai sistem dalam memilih pemimpin.
Baik dengan sistem tunjuk langsung, musyawarah mufakat, dan sistem
kekuasaan raja. Semua sistem tersebut tetap membawa dampak positif bagi
umat Islam.
Untuk itu, Zulkarnain menegaskan kepada umat Islam
untuk cerdas dalam memilih pemimpin. “Pemimpin harus menjadi pengayom
dan pelindung,” katanya.
Posting Komentar